Mendulang Cuan dengan Pernak-pernik Imlek 2025 Tahun Ular Kayu

Spread the love

Cakrawala Merah, Jakarta – Menjelang perayaan tahun baru imlek, tepatnya di kawasan Pecinan Jl. Pancoran Glodok, para pedagang pernak-pernik/aksesoris Imlek mengaku sudah mulai panen dari penjualan mulai dari angpao, tempelan sampai patung Buddha atau Dewi Kwan Im. Kendatipun lokasi kios/toko para pedagang di Jl. Pancoran hanya sekitar 100 meter dari lokasi kebakaran hebat (15/1) dengan delapan korban tewas, tetapi nilai penjualan meningkat dibanding tahun lalu.

“Ada yang beli angpao, tempelan, bahkan patung Buddha, Dewi Kwan Im. kalau angpao murah, mulai dari Rp 10 ribu – 50 ribu yang isinya 10 pieces. (harga) Lampion Rp 200 ribu/piece, pajangan mulai dari Rp 50.000 – 200.000,” kata Aini, salah satu pedagang aksesoris Imlek di Pancoran Glodok.

Perayaan Tahun Baru Imlek 2025 jatuh pada 29 Januari, tanda dimulainya Tahun Ular Kayu dalam kalender Tionghoa. Berikut beberapa fakta terkait Ular Kayu, datangnya tahun ini dimaknai sebagai tahun yang penuh energi positif. Shio Ular sendiri merupakan shio keenam dalam siklus 12 tahun yang melambangkan kebijaksanaan, kecerdikan, dan kemampuan beradaptasi. Sementara elemen kayu melambangkan pertumbuhan, stabilitas, dan keharmonisan.

“Saya hanya sebatas jualan, tidak mengerti makna shio Ular Kayu. Yang jelas, semua aksesoris, pernak-pernik dengan gambar dan motif ular. Tapi sepertinya tanda-tanda pertumbuhan ekonomi, stabilitas, dan keharmonisan kelihatan. Angka penjualan saya pada H-10 (sepuluh hari sebelum Imlek) terus meningkat,” kata Aini.

Sementara itu, Anna sehari-harinya membantu berjualan pernak-pernik di Glodok. Ia sempat bekerja di Taiwan sebagai perawat lansia (lanjut usia) tahun 2015 – 2021. Selama enam tahun, ia sudah lancar berbahasa mandarin. Sehingga ketika ada pembeli dari kalangan Chinese expatriate di Jakarta dan sekitarnya, ia yang meladeni langsung. Salah satunya, Mr. Lin Ah-fu 林 啊 嗎 asal Tiongkok yang tinggal di apartemen di Jl. Gajah Mada, dan buka usaha pabrik besi potong di Cakung Jakarta Timur.

“Mr. Lin Ah-fu beli angpao, tempelan dan lain sebagainya. Dia mau pasang di pabriknya di Cakung dan di apartment nya. Keseluruhan, dia menghabiskan Rp 2 juta. Tapi dia nggak beli Patung Buddha yang harganya Rp 5 juta. Memang agak mahal, tapi (pembeli) bisa tawar,” kata Anna.

Di tempat berbeda, warga Tionghoa yang tinggal di perumahan Gading Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) Banten, Joan (Huang You-ping /  黃優評 ) mengaku, harga patung Buddha yang dijual di Glodok sangat mahal. Joan yang merayakan Imlek setiap tahunnya juga mengaku telah memiliki patung di altar di rumahnya. Menurutnya, jika membandingkan harga patung yang dijual di Pancoran Glodok dengan yang dia beli di tempat lain, ada selisih harga yang cukup signifikan.

“Saya beli Patung Dewa Tanah beserta rumah-rumahannya, total hanya Rp 3 juta. Itu juga, penjualnya sudah untung banyak,” kata Joan yang juga seorang businesswoman.

Perayaan hari raya imlek setiap tahun selalu menarik antusias para pedagang aksesoris imlek diberbagai tempat mendukung kelancaran perayaan ibadah warga tionghoa di Indonesia. (red/ly/ymn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *