Cakrawala Merah, Jakarta — Melalui film terbarunya, “Pengepungan Bukit Duri” penulis dan sutradara Joko Anwar dan produser Tia Hasibuan mengkritisi sistem pendidikan di Indonesia yang menurutnya masih harus dibenahi guna melahirkan generasi unggul.
“Sistem pendidikan kita masih harus diperhatikan dan dibenahi agar generasi kita menjadi generasi yang lebih maju dan unggul” ujarny
Film “Pengepungan di Bukit Duri” juga menurut Jokan menjadi pengingat sekaligus alarm bagi seluruh elemen bangsa bahwa sejarah dan peristiwa kelam termasuk tragedi kerusuhan dan rasisme dapat terulang kembali jika kita tidak mawas diri.
“Peristiwa kelam seperti kerusuhan beraroma rasisme dapat saja terulang jika kita sebagai bangsa, tidak mawas diri maupun belajar dari pengalaman” lanjutnya
Film ini diawali dengan pertemuan antara Panca dengan Edwin di halaman sekolah dengan suasana dan adegan-adegan yang tampaknya baik-baik saja: siswa sekolah bercengkrama, warga yang bersuka cita. Namun, semua itu tampak semu. Bel sekolah menjadi alarm bahwa situasi berubah. “Tapi luka takkan hilang hanya dengan dilupakan.”
Film “Pengepungan di Bukit Duri” menunjukkan gambaran bagaimana perubahan suasana secara mendadak, musik ceria kini sirna, tidak ada lagi tawa, terjadi kerusuhan di mana-mana, kekerasan merajalela, dan yang tersisa adalah kecemasan.
“Negara kita itu kayak kaca yang paling tipis,” kata Morgan Oey yang memerankan Edwin, tokoh utama dalam film “Pengepungan di Bukit Duri”.
Film ini juga menandai dua dekade perjalanan Joko Anwar sebagai sutradara yang selalu berani mengangkat narasi yang tidak nyaman tapi penting.
Film ini akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 17 April 2025, dan menjadi salah satu film Indonesia paling dinantikan tahun ini.
“Pengepungan di Bukit Duri” menjadi kolaborasi pertama antara rumah produksi Indonesia, Come and See Pictures, dan studio legendaris Amazon MGM Studios di Asia Tenggara.
Dengan sinematografi dan produksi desain kelas dunia, film ini menciptakan versi fiksi Indonesia di masa depan yang mencekam dan terasa nyata — kacau, penuh ketakutan, namun tetap memancarkan harapan.
Film ini dibintangi oleh Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Raihan Khan, Farandika, Millo Taslim, Sheila Kusnadi, Shindy Huang, Kiki Narendra, Lia Lukman, Emir Mahira, Bima Azriel, Natalius Chendana, dan Landung Simatupang.
“Pengepungan di Bukit Duri” mengikuti kisah Edwin (Morgan Oey). Sebelum kakaknya meninggal, Edwin berjanji untuk menemukan anak kakaknya yang hilang.
Pencarian Edwin membawanya menjadi guru di SMA Duri, sekolah untuk anak-anak bermasalah. Di sana, Edwin harus berhadapan dengan murid-murid paling beringas sambil mencari keponakannya. ketika akhirnya ia menemukan anak kakaknya, kerusuhan pecah di seluruh kota dan mereka terjebak di sekolah, melawan anak-anak brutal yang kini mengincar nyawa mereka.(adm/das/ar)