Cakrawala Merah, Tangsel – Acara pemberian penghargaan Adi Satya Utama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Alam Sutera, Tangerang Selatan (Tangsel) Banten kepada tiga orang dokter, termasuk Prof. DR. Dr. Satyanegara, Sp.BS berlangsung penuh kekeluargaan dan keakraban, dihadiri oleh sekitar 60 orang anggota dan praktisi medis. Prof. Satyanegara mengaku, bahwa panitia sudah mengirimkan undangan beberapa hari sebelumnya untuk pemberian penghargaan dan buka puasa bersama (bukber) pengurus IDI cabang se-Banten, Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI), Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp) dan keseminatan.
“Acara utamanya, seolah-olah undangan bukber, tapi mendadak berubah, dua hari sebelumya, saya sudah diberitahu ketua IDI, bahwa ada penghargaan. Kalau di Indonesia, tanda kehormatan yang diberikan Pemerintah, ada Satyalancana Karya Satya, Bintang Mahaputera. Penghargaan Adi Satya Utama mungkin tingkatannya sama” kata Prof. Satyanegara
Sebelum bukber, Ketua IDI Wilayah Banten mensosialisasikan hasil Muktamar IDI XXXII tahun 2025, yang dilaksanakan di Kota Mataram, Lombok (12-15 Februari tahun 2025). Sementara untuk rencana Muktamar 2028 mendatang, pengurus IDI Banten antusias agar penyelenggaraan berlangsung di Tangerang. Mengingat, wilayah Tangerang dan sekitarnya (Tangsel, Serang) sudah semakin banyak berdiri rumah-rumah sakit, IDI wilayah Banten mengaku siap untuk menjadi tuan rumah Muktamar 2028 sehingga pengurus IDI Banten menyampaikan laporan hasil muktamar 2025.
“Kemarin, panitia membeberkan mengenai potensi dan prospek Banten untuk layanan medis dan perawatan. Tapi belum ada keputusan, mengenai rencana Banten sebagai penyelenggara Muktamar 2028 terealisasi,” kata Prof. Satyanegara.
Penghargaan IDI bukan pertama kalinya, sebelumnya, Prof. Satyanegara pernah menerima penghargaan untuk bidang kedokteran dari Achmad Bakrie Award tahun 2011. Penghargaan ini diberikan atas jasanya dalam menemukan protein dan antibodi spesifik untuk mematikan tumor. Penghargaan Achmad Bakrie untuk Tokoh dan Ilmuwan, untuk beberapa bidang antara lain pemikiran sosial, bidang sastra, bidang kedokteran, dan bidang sains.
“Tapi penghargaan IDI dan Bakrie Award berbeda. Penghargaan IDI, seolah-olah mengenai pengabdian profesi dokter kepada masyarakat, kalau Bakrie Award, karena gelar Doktor atau S3 yakni spesialis kajian imunologi tumor otak. Walaupun kajian Prof. Satyanegara belum jelas dan belum ada keterangan mengenai tumor otak yang ganas dan tidak ganas. Kami menemukan protein dan antibodi spesifik tumor otak yang dapat menghambat pertumbuhan dan memusnahkan sel-sel tumor,” kata Prof. Satyanegara.
Pada acara penghargaan IDI, Prof. Satyanegara didampingi asisten merangkap sekretarisnya, duduk di depan bersama Ketua, Wakil Ketua dan jajaran pengurus IDI Banten. Saat masing-masing Ketua dan pengurusnmemberi penjelasan dan sambutan, Prof. Satyanegarabmendengarkan sambil berpikir mengenai kemungkinan adanya sesi tanya jawab dan wawancara.
“Saya sambil berpikir, mempersiapkan kalau ada pertanyaan. Ternyata tidak ada pertanyaan yang rumit. Selain, mungkin sebagian besar pengurus juga sedang berpuasa. Sehingga kondisi mereka juga tidak terlalu _fit_ untuk memberi penjelasan panjang lebar,” pungkas Prof. Satyanegara