Temuan AMSI dan Medialink, Agama dan Pemilu Tak Menarik Publik

Spread the love

Jakarta, Cakrawala Merah – Pesta demokrasi Indonesia dalam bingkai Pemilu 2024 yang sebentar lagi diadakan, tidak serta merta menjadi hal yang menarik publik untuk dibaca. Setidaknya demikian yang tersirat dalam editor meeting yang diadakan Medialink bersama Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), di Jakarta 17 April 2023.

Dalam hasil publikasi yang dirilis AC Nielsen, setidaknya tergambar kejenuhan publik untuk membaca informasi-informasi terkait pemilu.

“Mungkin masyarakat sudah mulai jenuh dengan banyaknya pemberitaan tentang pemilu,” ujar Gaib M Sigit.

Menurut Ketua Pokja Moderasi Konten AMSI, selain pemilu, agama menjadi hal lainnya yang tidak menarik masyarakat untuk membacanya.
Terkait dengan pemberitaan agama di media online, dapat dilihat dari trafik yang terdata menunjukan tema-tema ini kurang menarik perhatian publik. Kalau pun ada berita-berita tentang agama yang mendapat perhatian, itu karena ada persinggungan dengan kejadian-kejadian yang sedang berlangsung.

“Sekarang ini tema keagamaan sedang mengalami high trafik, karena ada peristiwa pelarangan Shalat Ied di Pekalongan. Tapi itu pun tidak terlalu tinggi trafiknya,” lanjut Gaib.

Berita tersebut justru kalah tinggi dibanding dengan pemberitaan soal Bima yang mengkritik soal buruknya infrastruktur di Lampung.

Senada dengan Gaib, Erik Somba melihat bahwa pemberitaan isu agama mengalami trafik yang lemah selain karena kurangnya atensi publik, juga karena media tak mau mengambil resiko lebih.

“Ini bisa kita lihat dari langkah aman yang diambil media dengan cara mengambil narasumber yang prominen,” kata Erik Somba.

Narasumber yang prominen seperti BNPT, MUI, BPIP dan lembaga pemerintah lainnya diambil karena media tidak ingin dianggap menjadi bagian konflik keagamaan yang sedang terjadi.

Walau pun secara isu, terorisme dan radikalisme menjadi dua isu yang high trafik, namun pada kenyataanya tetap saja media bermain aman.

Sebelumnya Medialink merilis hasil penelitian media monitoring terkait isu-isu moderasi beragama di media berplatform online. Dalam paparan hasil risetnya, Medialink menemukan fakta bahwa pemberitaan isu ini di media masih kurang frekuensinya padahal di masyarakat banyak terjadi konflik-konflik keagamaan.
“Kita melakukan riset media ini sepanjang tahun 2022, dan kita menemukan fakta bahwa pemberitaan ini hanya tinggi di Desember. Mungkin karena ada isu yang direproduksi secara rutin,” ujar Direktur Eksekutif Medialink.

Menurut Faisol, lembaganya juga menemukan bahwa locus pemberitaan sebagian besar bersumber dari Jakarta, padahal faktanya kejadian itu terjadi di berbagai daerah.

“Ini fakta kedua yang menarik kita,” lanjutnya.

Apa yang menjadi temuan Medialink dibenarkan oleh Wens Manggut. Menurut Ketua AMSI, kenapa news locus banyak terjadi di Jakarta padahal secara kejadianya justru di daerah ini menjadi perhatian AMSI.

Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi banyak faktor. Pertama, Jakarta sebagai news locus dinilai netral karena berjauhan dari lokasi kejadian. Kedua, media lokal tempat kejadian perkara juga tidak berani memberitakan karena faktor-faktor psikologis. Dan ketiga tentu saja karena banyak media yang tidak berani bermain di isu sensitif.

Sejumlah temuan rekan-rekan Medialink tersebut sedikit banyak telah menggambarkan realita yang dihadapi rekan-rekan Media. (Red/DA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *