Adian Sentil Demokrat Terkait Kenaikan Harga BBM

Spread the love
Jakarta, CKWM – Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) sekaligus tokoh aktivis reformasi 1998, Adian Napitupulu, kembali menyentil para kader Partai Demokrat yang menyinggung kenaikan tarif Bahan Bakar Minyak (BBM).
Aktivis reformasi ini menyarankan agar kader Partai Demokrat terlebih dahulu mendalami dan kembali belajar perhitungan matematika sebelum melaksanakan aksi demonstrasi menolak kenaikan BBM baru -baru ini
“Saya menyarankan agar kader Demokrat untuk bisa belajar matematika dan belajar sejarah sehingga jika membandingkan maka perbandingan itu logis tidak anti logika dan a historis” kata Adian dalam rilis singkatnya.
Kritik tajam ini disampaikan melalui pesan singkat yang disejumlah group aplikasi pesan singkat
Adian juga mengingatkan tentang kenaikan harga BB dimasa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan membandingkannya dengan kenaikan pada masa Presiden Joko Widodo.
“Di era SBY total kenaikan harga BBM (Premium) Rp 4.690 sementara di era Jokowi total kenaikan BBM jenis Premium/Pertalite Rp 3.500. Jadi SBY menaikan BBM lebih mahal Rp 1.190 dari Jokowi” katanya
Menurut Adian, di era Presiden SBY, upah minimum, contohnya DKI Jakarta adalah sebesar Rp 2.200.000 untuk tahun 2013  dan dengan posisi BBM saat itu di harga Rp.6.500 per liter maka upah satu bulan hanya dapat 338 liter perbulan. Jika dibandingkan dengan era Presiden Jokowi kata Adian, hari ini posisi BBM di harga Rp 10.000 tapi upah minimum Rp 4.641.000 perbulan. Dengan demikian maka di era Jokowi setiap bulan upah pekerja senilai dengan 464 liter BBM. Jadi ada selisih kemampuan upah membeli BBM antara SBY dan Jokowi sebesar 126 liter.
Lebih lanjut kata Adian, kenaikan harga BBM dimasa Presiden SBY saat itu karena adanya kelompok Petral yang berkuasa sejak masa Orde Baru.
“Di era SBY masih ada “mafia” terorganisir dan masif yaitu Petral yang embrionya sudah ada sejak awal orde Baru yaitu tahun 1969 dan beroperasi mulai 1971. Di era Jokowi Petral di bubarkan tahun 2015 hanya 6 bulan setelah Jokowi di lantik” ujarnya
Adian Napitupulu juga membandingkan pembangunan sarana jalan tol dimasa Presiden SBY dengan pembangunan dimasa Presiden Jokowi.
Menurutnya, pembangunan jalan tol sebagai salah satu infrastruktur penting dalam aktivitas ekonomi di era SBY hanya mampu membangun 193 km jalan tol sedangkan di era Jokowi jalan tol yang di bangun hampir 10 kali lipat dari zaman SBY yaitu 1.900 km.
“Kalau mau di hitung lebih detail lagi dari jalan tol, jalan nasional non tol, jalan propinsi, jalan kabupaten hingga jalan desa sepanjang 304.490 KM maka setiap detik Jokowi membangun tidak kurang dari 1,5 meter jalan kali lebar yang berbeda – beda” paparnya
Adian kemudian memberikan kesimpulan bahwa dari perbandingan perbandingan angka-angka tersebut di atas maka era SBY tentunya merupakan era kesedihan bagi semua orang kecuali mereka yang berkuasa saat itu.
Oleh karena itu semua,diakhir pesannya, aktivis sekaligus politisi senior dan Anggota DPR RI FPDI Perjuangan ini menyampaikan sarannya kepada seluruh kader partai Demokrat untuk mendalami ilmu perhitungan matematika
“Saya menyarankan agar kader Demokrat untuk bisa belajar matematika dan belajar sejarah sehingga jika membandingkan maka perbandingan itu logis tidak anti logika dan a historis” pungkas Napitupulu. (red/ymn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *