Jakarta,CakrawalaMerah – Bola panas rusuh di depan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) pada 21-22 Mei lalu terkait putusan hasil pemilu 2019 kini diarahkan kepada pihak aparat Kepolisian yang telah berupaya penuh menjaga keamanan dan ketertiban selama berlangsung demonstrasi.
Tudingan bersifat provokatif tanpa bukti dan mendiskreditkan Institusi Kepolisian terutama kepada Kapolri Jendral M.Tito Karnavian, mengundang reaksi lebih dari 875 organ relawan Jokowi-KMA yang tergabung dalam Aliansi Relawan Jokowi (ARJ) yang menggelar aksi peduli dan dukungan kepada pihak kepolisian RI dalam mengungkap dan menangkap aktor intelektual dibalik aksi rusuh tersebut.
Aksi bertema SAVE KAPOLRI ini merupakan bentuk dukungan penuh ARJ kepada aparar keamanan yaitu TNI dan Polri, terutama kepada Kapolri, Jendral (Pol) M.Tito Karnavian agar tetap tegar, terus semangat dan tidak takut kepada berita bohong dan fitnah yang menerpa dirinya dan jajarannya dalam upaya penyelesaian kasus tanggal 21-22 Mei lalu.
Menurut Kordinator Aksi ARJ, Lisman Hasibuan, dia bersama rekan-rekan relawan menggelar aksi ini guna mendukung Polri mengusut tuntas dan menindak tegas para provokator yang terbukti berperan dalam kerusuhan tersebut serta mengajak masyarakat untuk bersatu menghadapi berbagai politik adu domba.
“Kami datang ke sini, ke Mabes Polri, untuk mendukung Polri. Polri tidak boleh kendor, Polri harus usut para pelaku dari tanggal 21 dan 22 Mei 2019 pasca kerusuhan di Bawaslu. Dan kita mendorong supaya masyarakat juga jangan sampe terkotak-kotak diadu domba antara polisi dengan masyarakat, ini kan sangat bahaya”. ujar Hasibuan

Hal senada juga disampaikan Kordinator ARJ, Aidil Fitri. Menurutnya “Save Polri
” adalah bentuk dukung dari kami relawan dan rakyat kepada Polri dan TNI yang dalam hal ini, Polri telah dipojokan, kendati TNI Polri telah bertindak sesuai aturan dan sesuai konstitusi.
Aidhil Fitri yang juga kordinator ARJ dan Ketum Foreder, mendukung penuh agar Kapolri Jendral (Pol) M.Tito Karnavian tidak ragu, tetap tegas bahwa apa yang beliau lakukan saat ini sudah benar, bahkan pihak manapun yang hendak berupaya makar harus ditumpas sampai ke akar-akarnya dan jangan biarkan tumbuh dan berkembang di wilayah kedaulatan NKRI karena rakyat Indonesia sudah jenuh muak dengan para provokator biang kerusuhan di Jakarta.
“TNI dan Polri harus tetap solid dan kuat karena banyak provokator yang mencoba memecah belah antar TNI dan Polri.
Bisa dibayangkan apa yang terjadi di tanggal 21- 22 Mei itu kalo TNI dan Polri” ungkap Aidhil Fitri
Sementara itu, Penanggung Jawab ARJ R. Haidar Alwi, MT, merasa miris dengan keikutsertaan sejumlah tokoh yang menurutnya lebih terlihat sebagai provokator jalanan
“Melihat kejadian aksi rusuh dan anarkis di Bawaslu 21-22 Mei kemarin, yang ada saat ini, hati kita menjadi miris ketika melihat segelintir orang yang konon dikatakan sebagai tokoh namun justru lebih terlihat sebagai provokator jalanan yang tidak berpendidikan” ujarnya, miris
Haidar juga mensinyalir bahwa peristiwa rusuh tersebut terlihat sebagai suatu kesengajaan atau terjadi berdasarkan rencana pihak tertentu.
“Saat ini justru segelintir orang yang katanya ‘tokoh’ malah merangkai kalimat demi kalimat dengan sengaja untuk memprovokasi orang melakukan tindakan anarkis dan brutal seperti yang terjadi pada kerusuhan ‘ByDesign’ bulan Mei lalu” imbuhnya
Haidar juga menilai bahwa para provokator jalanan ini semakin menunjukkan ketidak cerdasan mereka. Dimana, saat ini mereka berusaha mencuci tangannya dengan mencari kambing hitam atas kerusuhan yang mereka ciptakan. Salah satunya, menurut Haidar, mereka menggunakan logika sesaat yang sesat dengan mengkambing hitamkan Kapolri. Dengan tujuan, agar tercipta opini di masyarakat bahwa; aksi anarkis dan brutal pada Mei lalu dipicu oleh tindakan represif aparat Kepolisian dengan harapan, masyarakat dapat dengan mudah percaya begitu saja. Sehingga, pada akhirnya mereka dapat menggulinggkan Presiden RI setelah Kopolri yang tegas melawan intoleransi, radikakisme dan terorisme dicopot dari jabatannya.
Penanggung jawab ARJ ini memuji dan meyakini bahwa seluruh masyarakat telah mengetahui bahwa; aksi anarkis dan brutal itu bukan dipicu oleh Kapolri beserta jajarannya, melainkan rentetan persoalan itu dimulai sejak provokator jalanan ini secara terstruktur, sistematis dan masif mengatakan pemilu curang.
“Padahal, saat itu pemilunya belum dimulai dan, sudah dikatakan curang. Lebih bodohnya lagi, provokator jalanan ini justru berani mengatakan pemilu curang secara terstruktur, sistematis dan masif. Faktanya, provokator jalanan itu sendiri yang secara terstruktur, sismatis dan masif mengkampanyekan pemilu curang” tegas Haidar

Penanggung jawab ARJ ini juga secara tegas mengajak masyarakat untuk mencermati dan mengkritisi tentang siapa yang seharusnya paling bertanggung jawab atas aksi anarkis dan brutal yang dilakukan oleh para perusuh.
“Kalau kita mau bicara obyektif, maka seharusnya kita meminta pertanggung-jawaban Gubernur DKI. Karena, aksi anarkis dan brutal yang berakhir rusuh terjadi diwilayah hukum Provinsi DKI Jakarta. Dan, seharusnya Gubernur DKI Jakarta sudah koordinasi dari awal dengan Polri TNI untuk mengantisipasi para perusuh dari luar kota yang ingin memporak-porandakan DKI Jakarta. Karena, sudah kewajiban Gubernur DKI menjamin keamanan dan kenyamanan warganya” Pungkas R.Haidar Alwi,MT. (yn/adm)